Lele Mutiara, salah satu jenis lele unggul yang dihasilkan Balai Riset Pemuliaan Ikan, Sukamandi |
Ikan
lele (Clarias gariepinus) merupakan jenis ikan lele hasil introduksi
yang didatangkan ke Indonesia pada awal tahun 1980-an. Dibanding jenis ikan
lele lokal (Clarias batrachus) ikan pendatang baru ini memiliki pertumbuhan
yang lebih cepat dan besar sehingga dikenal sebagai lele unggul. Jenis atau
varietas apa saja yang ada di Indonesia ?
Lele
Dumbo
Lele
Dumbo merupakan jenis unggul yang kali pertama diintroduksi ke Indonesia pada
awal tahun 1980-an. Lele Dumbo asalnya dari Afrika. Tubuhnya bewarna coklat
kehitaman dan akan timbul bercak-bercak warna putih bila terkejut atau stress.
Dipelihara di kolam lele Dumbo bisa tumbuh bongsor dan besar. Dari ukuran
tubuhnya yang besar inilah akhirnya nama Dumbo disematkan pada lele ini.
Dibanding
jenis lele lokal, patil lele dumbo tidak beracun sehingga relatif lebih aman
bila dipegang dengan tangan kosong. Selain itu ukuran misai (sungut) lele dumbo
juga lebih panjang dibanding lele lokal.
Lele
Sangkuriang
Lele
Sangkuriang merupakan hasil rekayasa dari para peneliti di Balai Besar Budidaya
Ikan Air Tawar (BBBAT) Sukabumi. Lele Sangkuriang merupakan varietas unggulan
dari lele dumbo hasil perkawinan antara lele dumbo betinma F2 (induk betina
generasi kedua) dengan lele dumbo jantan F6 (induk jantan generasi ke enam)
yang menghasilkan lele dumbo jantan F2-6
Selanjutnya
lele dumbo jantan F2-6 dikawainkan kembali dengan lele dumbo betina F2 sehingga
menghasilkan ikan lele sangkuriang. Ciri-ciri lele sangkuriang ini di antaranya
memiliki warna punggung hitam kehijaun
dan bagian perutnya bewarnba putih kekuningan.
Beberapa
sifat unggul yang dimiliki Lele sangkuriang di antaranya pertumbuhan
harian bobot pada pembesaran selama tiga bulan sekitar 3,35 persen dan konversi
pakan berkisar 0,8 – 1,0
Lele
Sangkuriang secara resmi dirilis sebagai jenis lele unggul oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan melalui SK Menteri Kelautan dan Perikanan No.
Kep.26/Men/2004 tanggal 21 Juli 2004.
Lele
Phyton
Lele
Phyton dikenal juga dengan nama ikan Lele Paiton. Varietas ikan lele ini merupakan hasil perkawinan antara induk
betina lele dari Thailand F2 dengan induk jantan lele dumbo F6. Ikan ini
pertama kali dikembangkan pada tahun 2004 oleh para sekelompok pembudidaya ikan
lele yang ada di Kabupaten Pandeglang, Banten.
Awalnya pengembangan ini hanya dilakukan percobaan semata dan bukan
melalui proses riset di laboratorium namun secara tidak sengaja muncullah jenis
baru yaitu lele phyton yang ukurannnya
lumayan besar serta cocok untuk konsumsi.
Lele
Phyton mempunyai ciri warna dan bentuk kepala yang hampir menyerupai bentuk
kepala ular phyton. Boleh jadi karena inilah pembudidaya ikan lantas memanggil
lele varietas ini dengan nama lele Phyton. Ciri-ciri lainnya, lele Phyton
memiliki ukuran mulut relatif kecil dan kepala pipih memanjang dengan warna
yang cerah.
Beberapa
keunggulan lele Phyton atau Paiton ini
di antaranya mudah beradaptasi dan juga memiliki daya tahan tubuh yang lebih
baik, dapat dibudidayakan di segala
cuaca, iklim, maupun suhu baik itu dingin atau panas. Selain itu, tingkat
kelangsungan hidup (survival rate)
lebih dari 90%. FCR 1, derajat penetasan telur mencapai 90 persen. Selain itu,
waktu pemeliharaan yang sangat singkat yaitu mulai dari telur sampai benih siap
jual (7-8 cm) hanya membutuhkan waktu 1,5 bulan. Begitupun pembesaran, benih
ukuran 7-8 cm hanya membutuhkan waktu 2 bulan (55-60 hari) dengan ukuran panen
125-150 gr/ekor
Lele
Masamo
Lele
Masamo diproduksi dan diperkenalkan pertama kali oleh pabrik pakan ikan PT.
Matahari Sakti di Mojokerto, Jawa Timur. Lele Masamo merupakan hasil
pengumpulan sifat berbagai plasna nutfah lele dari berbagai negara. Di
antaranya adalah lele Dumbo dan Clarias macrochephalus (bighead catfish) yang merupakan lele Afrika yang dikembangkan
di Thailand
Lele
Masamo memiliki ciri-ciri ukuran tubuh lebih lonjong, menyerupai sepatu
pantofel model lama. Sirip (patil) lebih panjang, badan lebih panjang dan
bewarna kehitaman. Ciri khas lainnya,
ketika Lele Masamo stress akan muncul warna keputihan atau keabu-abuan. Ciri
lainnya, lele Masamo memiliki tonjolan di tengkuk kepala serta bentuk kepala
yang lebih runcing.
Lele
Mutiara
Terakhir
adalah Lele Mutiara yang diproduksi oleh para peneliti di Balai Penelitian Pemuliaan
Ikan (BPPI) Sukamandi, Subang, Jawa Barat yang dirilis pada 27 Oktober 2014.
Namun baru dilepas secara resmi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui
SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. 77/Kepmen-KP/2015 tanggal 14 Juli 2015
Lele
Mutiara merupakan hasil persilangan dari varietas lele Mesir, Paiton,
Sangkuriang dan Dumbo yang diseleksi selama tiga generasi pada karakter
pertumbuhan.
Lele
Mutiara memiliki banyak keunggulan seperti laju pertumbuhan yang tinggi sampai
40 persen (cepat tumbuh) , produktivitas
panen tinggi, keseragaman ukuran tinggi, pemeliharaan singkat, irit dalam
penggunaan pakan (FCR 0,6 – 1,0), toleransi terhadap lingkungan tinggi dan daya
tahan terhadap penyakit juga tinggi.
Lele
Mandalika
Selain
lima jenis lele unggul tersebut di atas, Kementerian Kelautan dan
Perikanan juga merilis Lele Mandalika
berupa benih sebar yang merupakan hasil persilangan ikan lele Sangkuriang
betina dengan lele Masamo jantan.
Benih sebar Lele
mandalika ini merupakan hasil hibridisasi yang dilakukan oleh Instalasi Balai
Benih Ikan Batu Kumbung, Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar, Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tengara Barat. Kementerian Kaluatan dan
Perikanan telah merilis benih sebar Lela mandalika ini dengan SK Nomor 42/KEPMEN-KP/2014
tanggal 22 Juli 2014. (Agus Rochdianto, Penyuluh Perikanan Madya
di Tabanan )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar