Anggota Pokdakan Mina Srikandi foto bersama dengan Tim Penilai dan Tim Pembina |
Agar bisa tetap bertahan menekuni budidaya ikan lele, pembudidaya
ikan harus ulet dan memiliki jiwa wira usaha.
Ketua
Tim penilai lomba kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) tingkat Provinsi Bali
Ir. I Made Wirya Astawa, M.Si mengemukakan hal itu saat memberikan sambutan
dalam penilaian Pokdakan Srikandi di Banjar Soka Kaja, Desa Antap, Selemadeg,
yang dipercaya menjadi duta Kabupaten Tabanan, Selasa (4/9).
Menurut
Astawa, budidaya ikan lele di Bali berkembang pesat sejak tiga tahun yang lalu.
Namun karena ketatnya persaingan pasar serta adanya sejumlah kendala,
pembudidaya lele di kolam terpal banyak yang menghentikan usahanya. “Di Bali
pembudiaya lele banyak yang gulung terpal karena adanya sejumlah kendala,”
ujarnya.
Meski
demikian, tambah Astawa, pihaknya memberikan apresiasi postif terhadap
pembudidaya lele di Kabupaten Tabanan, khususnya pada Pokdakan Srikandi yang
tetap setia selama tiga tahun terakhir ini menekuni usaha budiaya lele di kolam
terpal. “Semangat dan keuletan anggota Pokdakan Srikandi dalam menekuni usaha
budidaya lele perlu ditiru oleh pembudidaya lele lainnya di Bali,” katanya
memuji.
Hal
senada diungkapkan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Kadiskanlaut) Tabanan
Ir. I Nyoman Wirna Ariwangsa, MM dalam sambutannya yang dibacakan oleh
Sekretaris Diskanlaut I Made Subagia, MM. Menurut Ariwangsa, meski menghadapi
berbagai kendala, Pokdakan Srikandi tetap bertahan menekuni usaha budidaya
lele. “Anggota kelompok tetap berusaha sambil mencari solusi. Di antaranya
dengan melakukan studi banding dan pelatihan untuk peningkatan SDM,” paparnya.
Penilaian teknis di lapangan |
Selain
itu, Pokdakan Srikandi juga terus berbenah mengadakan perbaikan manajemen dan
administrasi. Demikian juga teknik budidayanya terus ditingkatkan sehingga
Pokdakan Srikandi bisa meraih sertifikat Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB)
dari Kementrian kelautan dan Perikanan (KKP). “Langkah-langkah strategis yang telah
dilakukan tersebut menjadi salah satu alasan mengapa kami kembali mempercayai
Pokdakan Srikandi sebagai Duta Tabanan dalam lomba Pokdakan tingkat provinis
tahun ini,” jelasnya.
Penilaian administrasi |
Sebelumnya,
Ketua Pokdakan Srikandi Made Suardika dalam laporannya mengemukakan, Pokdakan
Srikandi berdiri tahun 2009. Bila semula
anggotanya berjumlah 10 orang, kini telah berkembang menjadi 20 orang yang
mengelola 45 petak kolam untuk budidaya ikan lele. Perinciannya, 30 petak kolam
terpal dan 15 petak kolam tembok atau beton.
Dari
petak kolam yang tersedia tersebut, pada tahun 2010 lalu bisa diproduksi lele
konsumsi sejumlah 12,8 ton dan tahun 2011 meningkat menjadi 29,3 ton. Sementara
pada tahun 2012 ini, sampai pada Juli lalu produksinya sejumlah 13 ton. “Selain
lele, saat ini kami juga mulai
mengembangkan budidaya ikan gurami di kolam terpal,” ujarnya.
Made
Suardika juga melaporkan, pada bulan November 2011 lalu kelompoknya berhasil
memperoleh sertifikat CBIB dari KKP sebagai bukti kelompoknya telah melakukan
budidaya ikan lele sesuai rekomendasi yang dianjurkan. Sebelumnya, pada tahun
yang sama Pokdakan Srikandi juga berhasil meraih juara III Lomba Pokdakan
tingkat Provinsi Bali. “Dengan bekal prestasi tersebut, dalam lomba Pokdakan
tahun ini kami siap mengukir prestasi terbaik,” katanya optimis.
Pada
kesempatan tersebut Suardika juga mengungkapkan adanya sejumlah kendala yang
dihadapi kelompoknya. Di antaranya adalah adanya kanaikan harga pakan lele yang
cukup besar. Sementara di sisi lain harga jual lele konsumsi tidak ada kenaikan
sehingga keuntungan yang diperoleh pembudidaya lele semakin kecil. “Harga pelet
saat ini Rp 8.000 – 8.500/Kg. Sedangkan harga jual lele di kelompok tetap Rp
11.000 – 11.500/Kg. Harga pakan saudah beberapa kali naik, sedangkan harga jual
lele konsumsi tetap,” katanya berterus terang.
Produksi lele berfluktuatif |
Suardika
mengakui, pada saat-saat tertentu yakni saat musim pancaroba harga lele memang
mengalami kenaikan. Namun pada saat yang sama, kelompoknya mengalami kendala
dalam budidaya karena lelenya banyak yang mati akibat fluktuasi suhu air yang
tinggi sehingga pada saat musim pancaroba ini pihaknya tidak bisa menggenjot
produksi lele konsumsi. “Saat harga bagus, produksi lele kami malah berkurang,”
katanya.
Terkait
adanya kendala tersebut, saat ini Pokdakan Srikandi mulai merintis pembuatan
pelet (pakan ikan) secara swadaya dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia
di sekitar. Dengan memproduksi pakan ikan sendiri ini diharapkan bisa menekan
biaya operasional. Selain itu pihaknya intensif mengadakan koordinasi dengan
PPL Perikanan dan Diskanlaut dalam hal transfer teknologi budidaya.
(gus)
Panen
lele di Pokdakan Srikandi
Tim
penilai provinsi mengadakan penilaian Pokdakan Srikandi langsung di lapangan
untuk melihat budidaya lele di kolam terpal.
1 komentar:
Borgata Hotel Casino & Spa - JTR Hub
Located in Atlantic City, Borgata Hotel Casino 1xbet korean & Spa offers the finest in https://septcasino.com/review/merit-casino/ amenities and entertainment. 출장안마 It https://sol.edu.kg/ also provides a seasonal casinosites.one outdoor swimming
Posting Komentar