Ikan Nila |
Bila ditelusuri asal-usulnya, ikan nila merupakan ikan asli dari perairan sungai Nil di Mesir. Dari Mesir ikan yang mudah berkembang biak dan memiliki sifat yang toleran terhadap perubahan lingkungan ini berkembang ke negara lain di benua Afrika. Dari benua Afrika, lantas menyebar ke berbagai negara di belahan benua lainnya. Ikan nila pertama kali dimasukkan ke Indonesia dari Lukang Research Station Taiwan, oleh Lembaga Penelitian Perikanan Darat (LPPD) Bogor pada tahun 1969 untuk diteliti.
Nila
Hitam
Setelah beberapa tahun diteliti dan
dikembangbiakkan, ikan ini akhirnya disebarluaskan ke masyarakat untuk
memperkaya jenis ikan budidaya di tanah air. Masyarakat ternyata menyambut
antusias kehadiran ikan nila yang memiliki warna kehitaman ini. Maklum saja,
jenis ikan ini memang mudah berkembang biak, memiliki pertumbuhan cepat, sangat
toleran terhadap perubahan lingkungan, relatif tahan terhadap serangan penyakit
serta bisa menyantap berbagai jenis pakan yang ada dan diberikan di wadah
budidaya.
Ikan nila yang kali pertama
disebarluaskan oleh LPPD Bogor tersebut, dipanggil dengan nama ikan Nila saja tanpa
embel-embel apa pun. Baru setelah muncul ikan nila merah di awal tahun 1980-an,
ikan Nila dari LPPD tersebut dipanggil dengan nama ikan nila hitam. Nama
panggilan ini semata-mata untuk membedakan dengan ikan nila warna merah yang
belakangan muncul.
Nila merah
Selain nila warna hitam, sekitar awal tahun 1980-an masyrakat juga mulai
mengenal ikan nila warna merah. Ikan nila merah yang didatangkan dari Filipina
ini merupakan tetra hibrid yakni hasil persilangan dari empat spesies berbeda
dari genus Oreochromis yaitu: O. mossambicus (mujair), O. niloticus (nila), O. hornorum dan O. aureus (aurea). Pada akhir tahun 1980-an juga muncul nila merah
yang didatangkan dari Thailand yang dikenal dengan nama Nila Chitralada.
Ikan nila merah yang beredar di masyarakat selain keturunan dari kedua jenis nila merah tersebut di atas, boleh jadi merupakan hasil persilangan dari keduanya atau persilangan dengan nila hitam yang sudah ada sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari makin beragamnya jenis nila merah. Ada yang warnanya merah, putih (albino), kombinasi merah dan albino, kombinasi merah dan hitam atau kombinasi dari warna-warna tersebut.
Nila GIFT dan GET
Pada pertengahan tahun 1990-an,
Indonesia juga mendatangkan nila dari Filipina yang dikenal dengan nama nila
GIFT (Genetic Improvement of Farmed Tilapia)
hasil dari pengembangan International Center for Living Aquatic Resources Management (ICLARM) di Filipina. Berikutnya, pada awal tahun 2000-an, Indonesia juga kembali mendatangkan ikan nila dari Filipina. Ikan nila hasil rekayasa genetika ini dikenal dengan nama nila GET (Geneticaly Enhanched of Tilapia).
hasil dari pengembangan International Center for Living Aquatic Resources Management (ICLARM) di Filipina. Berikutnya, pada awal tahun 2000-an, Indonesia juga kembali mendatangkan ikan nila dari Filipina. Ikan nila hasil rekayasa genetika ini dikenal dengan nama nila GET (Geneticaly Enhanched of Tilapia).
Jenis ikan nila GIFT dan GET yang didatangkan dari Filipina tersebut merupakan jenis ikan unggul karena dapat tumbuh bongsor sekitar 500 gram dalam
waktu relatif singkat ( 4 – 5 bulan). Melihat kelebihannya ini, masyarakat lalu beramai-ramai memelihara kedua jenis ikan nila unggul ini. Maklum saja, selain untuk pasar dalam negeri, ternyata pasar luar negeri juga terbuka lebar untuk daging nila.
Nila Jica
Ikan nila unggul lainnya yang dikenal masyarakat adalah ikan nila Jica yang
diperkenalkan oleh Balai Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi. Nila jica merupakan
hasil rekayasa genetika yang dilakukan sejak tahun 2002. Proyek ini sepenuhnya dibantu oleh JICA (Japan for International
Cooperation Agency) sebuah lembaga donor Pemerintah Jepang, karena itu pula
jenis nila ini dinamakan nila Jica. Jenis nila ini didapat dari hasil
pengembangan lembaga riset Kagoshima Fisheries Research Station di Jepang.
Kemudian, oleh BBAT Jambi, ikan ini dikembangkan lagi, hingga akhirnya muncul
varietas nila Jica di tahun 2004. Nila Jica dikenal oleh masyarakat dengan sebutan nila JK (dibaca: Jeka).
varietas nila Jica di tahun 2004. Nila Jica dikenal oleh masyarakat dengan sebutan nila JK (dibaca: Jeka).
Nila GESIT
Selain nila Jica, juga muncul ikan nila
unggul lainnya yang dikenal dengan nama ikan nila GESIT (Genetically Supermale
Indonesian Tilapia). Ikan nila gesit dihasilkan melalui serangkaian riset
panjang yang diinisiasi oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian, Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Besar Pengembangan Budi Daya
Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi di bawah Departemen Kelautan dan Perikanan
(DKP).
Ikan nila GESIT adalah ikan nila jantan
dengan kromosom sex YY. Yang dibuat dengan metode rekayasa kromosom sex ikan
nila jantan normal (kromosom XY) dan betina (kromosom XX). Pemuliaan memerlukan
waktu sekitar 6 tahun di Kolam Percobaan IPB Darmaga (2001–2004) dan di BBPBAT
(2002–2006). Nila Gesit yang keturunannya berkelamin jantan ini, dikenal juga
oleh para pembenih dan pembudidaya ikan dengan nama nila YY (dibaca: way-way)
Nila Nirwana
Berikutnya, pada akhir tahun 2006 juga
mencull ikan nila unggul lainnya yang dikenal dengan nama nila Nirwana. Nama
Nirwana sendiri merupakan kependekan dari Nila Ras Wanayasa. ikan nila Nirwana
muncul dari hasil kerjasama antara Pemerintah Daerah Jawa Barat dan BPPT (Balai
Pengembangan Benih Ikan) Wanayasa, Purwakarta.
Nila Nirwana merupakan hasil dari seleksi family terhadap 18 famili nila GIFT(Genetic Improvement Farm Tilapia) dan 24 famili nila GET (Genetically Enchanced Tilapia) dari Filipina. Seleksi dilakukan secara ketat terhadap benih-benih dari Nila GIFT dan nila GET. Pemuliaan ikan nila Nirwana berlangsung selama 3 tahun (2003–2006) hasil seleksi famili dengan bahan dasar ikan nila GIFT generasi ke enam dan nila GET.
Dibandingkan generasi sebelumnya, pada
generasi ke tiga (F3) pertumbuhan bobot ikan nila Nirwana mengalami peningkatan
sekitar 45 persen. Oleh karena itu, untuk mendapatkan varietas ikan nila Nirwana yang semakin baik pertumbuhannya
maka, seleksi lebih lanjut perlu terus dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian
di BPBI Wanayasa, ikan Nila Nirwana layak dijadikan induk penjenis untuk menghasilkan benih nila yang bermutu.
Ikan Nila Nirwana produksi BPBI Wanayasa
tersebut saat ini dikenal dengan nama Nirwana 1. Istilah tersebut muncul karena
saat ini BPBI Wanayasa sudah mengeluarkan Nirwana generasi kedua yang dikenal
dengan nama Nirwana 2. Dibanding Nirwana 1 yang dikeluarkan sekitar tahun 2006
tersebut, Nirwana 2 yang dirilis Menteri Kelautan dan Perikanan tahun 2012 ini memiliki beberapa keunggulan
dibanding Nirwana 1 di antaranya adalah memiliki pertumbuhan 15 persen lebih
tinggi, bentuk tubuh lebih lebar, kepala lebih pendek serta struktur dagng
lebih tebal.
Nila
BEST
Nila BEST (Bogor Enhanched Strain Tilapia) awalnya
dikenal dengan nama Nila Bogor. Namun setelah dilakukan serangkaian pemuliaan,
Nila Bogor ini pada tanggal 02 Desember 2008 dinyatakan lulus dan memperoleh
gelar baru sebagai Nila BEST. Keunggulan Nila BEST di antaranya adalah mampu
menghasikan telur dan benih lebih banyak, ukuran larvanya besar, memiliki
pertumbuhan tinggi, mampu hidup pada salinitas 15 promil dan relatif tahan terhadap
penyakit streptococcus.
Ikan nila BEST merupakan ikan hasil pemuliaan
menggunakan dengan karakter keunggulan dalam pertumbuhan. Ikan ini dihasilkan
melalui suatu proses yang panjang selama 4 (empat) tahun penelitian yang
dilakukan Tim Peneliti Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor.
Setelah dinyatakan lulus, Nila BEST
kemudian dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad pada
tanggal 23 November 2009, bertempat di Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar
(PBIAT) Janti – Klaten, Jateng.
Nila
Salin
Ikan Nila varietas lainnya adalah Nila
Salin yang dihasilkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi (BPPT).
Disebut Nila Salin, karena nila jenis ini tahan hidup pada air salinitas tinggi
hingga 20 promil sehingga jenis ikan nila ini ideal dibudidayakan di tambak
yang berair payau.
Seleksi awal untuk menemukan Nila Salin
ini memang melalui uji tantang, yakni mengganti air tawar dengan air laut
secara bertahap. Ikan nila yang diuji tersebut merupakan hasil dari proses seleksi persilangan (dialling crossing)
dari delapan varietas ikan nila.
Nila
Srikandi
Nila Srikandi (Salinity Resistant
Improvement from Sukamandi) juga merupakan varietas ikan nila yang tahan
terhadap air salinitas tinggi sama seperti Nila Salin. Bila Nila Salin hasil dari
rekayasa BPPT, Nila Srikandi dihasilkan oleh Balai Penelitian Pemuliaan Ikan
(BPPI) Sukamandi. Ikan ini telah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan
(Sharif C. Sutardjo) pada 2012.
Ikan nila Srikandi yang merupakan
persilangan dari Oreochromis aureus x niloticus, menjadi solusi tepat
untuk memanfaatkan lahan-lahan sub optimal di sepanjang pesisir pantai. Selain
toleransi yang tinggi terhadap lingkungan bersalinitas hingga ≤ 30 ppt, nila
Srikandi mampu tumbuh cepat di perairan payau dan relatif tahan terhadap
penyakit.
Nila
Sultana
Ikan Nila Sultana (Seleksi Unggul
Selabintana) merupakan jenis ikan nila hasil seleksi family yang dilakukan oleh
Balai Besar Pengembangan Budi daya Air Tawar (BBPBAT) di Selabintana, Sukabumi.
Setelah dilakukan seleksi family sejak tahun 2005 – 2010, pada tahun 2011
akhirnya ikan nila Sultana dinyatakan telah lulus uji.
Nila Sultana memiliki karakter
reproduksi diameter telur sekitar 2,84 mm, rasio bobot gonad disbanding bobot
tubuh sekitar 2,38 persen dan produksi larva sekitar 3.000 ekor / Kg bobot
induk.
Ikan nila jenis ini merupakan hasil
perekayasaan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Budidaya Air
Tawar ( PBAT) Umbulan yang terletak di Pasuruan Jawa Timur. Keunggulan nila ini
adalah pertumbuhannya yang lebih cepat dibandingkan dengan nila biasa dan struktur dagingnya yang lebih
kenyal.
Nila
Larasati
Nila Larasati (Nila Merah Strain Janti) merupakan nila hasil perekayasaan oleh PBIAT (Pusat Budidaya Ikan Air Tawar) Janti, Klaten. Ikan ini merupakan persilangan antara nila hitam dengan nila merah. Keunggulan nila Larasati yaitu pertumbuhannya seperti nila merah sedangkan reaksi pakannya seperti nila hitam, pemeliharaan lebih cepat, dagingnya lebih banyak dan kelangsungan hidup tinggi.
Nila
Kekar
Selain jenis-jenis nila tersebut di
atas, di tengah masyarakat juga beredar dan berkembang jenis ikan lainnya, di
antaranya adalah Nila Kekar (Keluaran Kartoyo). Nama Kartoyo menjadi
embel-embel di belakang Nila karena Kartoyo merupakan pemulia dari ikan Nila tersebut.
Selain dikenal sebagai pemerhati dan pemulia ikan nila, bapak Kartoyo sebelumnya
adalah pimpinan dari sebuah Balai Benih Ikan (BBI) Sentral yang belakangan berganti naman menjadi Pusat
Budidaya Ikan Air Tawar (PBIAT) Umbulan, Pasuruan.
Dibandingkan jenis nila lainnya, nila
Kekar ini memiliki bentuk tubuh yang kekar (tebal) sehingga banyak diminati
sebagai ikan konsumsi. Selain berkembang di Pasuruan dan Blitar, Nila Kekar ini
juga banyak dibudidayakan di jakapung di daerah Jawa Timur
Nila
Mentaris
Nila lainnya adalah Nila Mentaris yang
merupakan produksi dari salah satu produsen pakan ikan di Jawa Timur. Ikan Nila
Mentaris juga dikenal sebagai nila unggul yang banyak dibudidayakan di daerah
Jawa Timur.
Dari
berbagai jenis nila yang telah dirilis oleh pemerintah, swasta dan perorangan
pemerhati nila tersebut di atas, Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlaut)
Kabupaten Tabanan telah mengembangkan beberapa di antaranya yang dikenal
unggul. Ikan Nila yang saat ini dikembangkan di Kabupaten Tabanan di antaranya
adalah ikan Nila merah, Gift, Gesit, Jatiumbulan, Mentaris, Kekar, Nirwana I
dan II serta Nila BEST.
Bagi
yang berminat, berbagai benih ikan nila unggul tersebut bisa diperoleh di UPTD
Balai Benih Ikan (BBI) Pesiapan, Jln.
Pulau Nias No.33 Tabanan, Bali. Telp 03612166885. (Agus Rochdianto)
1 komentar:
Jeni-Jenis Ikan Nila
Posting Komentar