Pemanfaatan sumber daya lobster sebagai
produk common property yang dapat
ditangkap oleh siapa pun dengan armada
dan alat tangkap yang dimiliki, sehingga untuk mendukung pemanfaatan sumber
daya lobster yang berkelanjutan maka diperlukan alat tangkap yang selektif dan
ramah lingkungan di antaranya adalah
bubu lobster.
Habitat Lobster
Lobster menyukai tempat di batu-batu karang, di balik batu karang. Udang karang
ini tidak menyukai tempat yang terbuka dan berarus kuat, yang berombak
berlebihan dan dasar yang berlumpur.
Tempat yang disukainya adalah perairan
yang tenang seperti di teluk-teluk, pulau-pulau, pantai dan tempat yang
terlindung terutama pada daerah yang dasarnya berpasir dan banyak di tumbuhan
rumput laut.
Lobster umumnya menghuni perairan
dangkal yang mempunyai kedalaman antara 10-15 meter, namun pada saat-saat
tertentu, lobster beruaya (berpindah) ke tempat yang lebih dalam.
Sifat
Makan
Lobster termasuk hewan air yang bersifat
omnivore atau pemakan segala, baik itu tumbuhan maupun hewan yang masih hidup
maupun yang sudah mati.
Makanannya terdiri dari udang yang
kecil-kecil, ikan, cacing, binatang lunak dan sisa binatang air yang telah mati.
Lobster menggunakan kukunya atau capit
untuk memegang masangsanya, kemudian dimasukkan
ke dalam mulut.
Konstruksi Bubu
Bubu merupakan alat tangkap yang
bersifat pasif dan diletakkkan di dasar
perairan yang bertujuan untuk menangkap
ikan, udang, dan kepiting baik
itu di perairan tawar maupun laut. Alat tangkap ini dikategorikan dalam tiga
golongan yaitu bubu, bubu apung dan bubu
hanyut / bubu jaring.
Karakteristik alat tangkap bubu ini
sebagai berikut :
Bubu umumnya
dibuat secara manual dengan menggunakan bahan dari kayu, bambu maupun rangka
besi / baja dan berdinding kayu, bambu atau jaring.
Volume bubu diusahakan agak longgar
sehingga lebih banyak ikan dan udang yang tertangkap serta menghindari
kanibalisme udang yang tertangkap.
Bentuk bubu bermacam-macam, ada yang
berbentuk botol, (umumnya digunakan menangkap sidat di Eropa), bentuk kotak
(umumnya untuk menangkap lobster), dan bentuk silinder (untuk menangkap ikan).
Alat ini biasanya dilengkapi dengan
penghalang dan pintu masuk yang sangat mudah dimasuki udang/ikan, namun setelah
masuk udang/ikan sulit untuk mencari jalan keluar. Oleh karena itu,
mulut bubu harus dibentuk secara khusus agar udang/ikan tidak merasa terjebak
(umumnya berbentuk lingkaran datar, kerucut, cembung ataupun piramid).
Teknik Penangkapan
Teknik
operasional bubu dilakukan dengan menempatkan bubu di sekitar karang atau batu secara hati-hati agar tidak
merusak habitat karang tersebut. Mulut bubu diletakkan berlawanan dengan arus
air. Agar bubu tetap berada pada posisi yang baik dan tidak terbawa arus, maka
perlu di pasangi patok kayu atau besi.
Pengangkatan bubu dilakukan dengan tidak merusak habitat dasar perairan. Bubu
setelah selesai dipakai harus ditempatkan pada tempat yang teduh dan aman.
Penanganan Hasil
Hasil tangkapan yaitu lobster ukuran 200
– 700 gram, diangkat dari bubu secara hati-hati, kemuadian ditaruh di dalam
dungki/ wadah lainnya agar tetap hidup dan usahakan tidak ada yang cacat atau
patah agar nilai jualnya lebih tinggi atau memenuhi standar ekspor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar