Gubernur Bali Made Mangku Pastika beserta
pejabat di lingkungan Provinsi Bali dan Kabupaten Tabanan, memperingati hari
lingkungan hidup tingkat Provinsi Bali di Bendungan Telaga Tunjung, Desa
Timpag, Kermbitan, Bali. Selain melakukan
penenaman pohon dan pelepasan burung, pada peringatan yang dipusatkan di
Tabanan ini, Gubernur Bali Mangku Pastika juga melakukan penebaran ribuan ekor
aneka jenis ikan air tawar di bendungan Telaga Tunjung.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam
sambutannya mengungkapkan, dalam beryadnya dan mengucap rasa syukur kepada Tuhan
tidak semata-mata hanya datang ke
pura untuk bersembahyang. Banyak hal
yang bisa dilakukan dalam beryadnya. Salah satunya adalah dengan melestarikan
lingkungan seperti penanaman pohon, penebaran ikan serta menyayangi alam beserta isinya. “Penebaran ikan yang kita lakukan pada hari
ini di Bendungan telaga Tunjung juga merupakan salah satu bentuk yadnya dan
syukur kepada Tuhan,” katanya sambil menambahkan, thema peringatan tahun ini
‘Hutan sebagai Penyangga Kehidupan’
dirasa sangat tepat. Namun thema ini akan hanya menjadi rangkaian kata indah
tat kala tidak dibarengi dengan komitmen yang jelas dari semua pihak.
Menurut Gubernur Pastika, berbagai
aktifitas yang digelar serangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup tahun
ini diharapkan akan bisa bermuara pada kesadaran masyarakat, menjaga kelestarian
dan kesehatan lingkungan yang akan menjadi gaya dan budaya hidup masyarakat. “Program Bali Green and Bali
Clean, merupakan salah satu implementasi konsep yang diwariskan para
pendahulu kepada generasi penerusnya yakni Tri Hita Karana. Ini merupakan bagian dari Yadnya kita kepada Tuhan,” paparnya.
Gubernur menambahkan, Tri Hita Karana
merupakan konsep adiluhung warisan dari
leluhur. Kita sekarang tinggal mengaplikasikanya dengan komitmen yang jelas dan secara konsisten. “Saya
mencanangkan program Bali Green and Bali Clean, bukan merupakan hal baru. Itu
barang lama tapi kemasan baru,” ujarnya sambil memaparkan, bila Konsep Tri Hita
Karana juga dilengkapi dengan terjemahanya lewat “ Sad Kerthi” yakni enam
kegiatan ritual yang terkait dengan penyelamatan lingkungan. ”Ada upacara wana kertih, danu kertih, giri
Kertih, Samudra Kertih dan lainnya. Semuanya itu memiliki esensi untuk
penyelamatan lingkungan dari ancaman kerusakan,”katanya menegaskan.
Gubernur Pastika menambahkan, pertumbuhan penduduk Bali
dan gempuran gelombang urbanisasi juga
memberikan sumbangan besar terhadap kerusakan lingkungan di Bali.
“Jumlah penduduk Bali kini sudah mencapai 4 juta jiwa lebih plus pendatang 400
ribu orang, memang memberikan pengaruh terhadap kondisi lingkungan Bali,”
ujarnya. Mencegah lebih parahnya kondisi lingkungan Bali
sebagai dampak sampah, pihaknya kini sudah memiliki Perda yang mengatur tentang
sampah. Dengan perda ini pada nantinya bisa dijadikan acuan oleh kabupaten /
Kota di Bali dalam menangani sampah. “Dengan perda ini ada payung hukum
yang jelas bagi kita untuk menangani sampah di Bali.
Saya juga berharap Perda ini bisa dijadikan acuan oleh Pemkab dan Pemkot dalam
menangani sampah didaerahnya masing-masing,” tandasnya.