Dirjen
Perikanan Budidaya Dr. Ketut Sugama, M.Sc (kanan) bersama Direktur Kesehatan
Ikan dan Lingkungan Dr. Maskur, M.Si (kiri) menebarkan benih ikan di Danau
Beratan dalam rangka pelaksanaan program Culture Base Fisheries (CBF).
Guna mensosialisasikan Culture Base Fisheries (CBF), yakni pengelolaan perikanan berbasis budidaya, Dirjen Perikanan Budidaya (PB), Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dr. Ketut Sugama, M.Sc bersama Direktur Kesehatan Ikan dan Lingkungan (Kesling), Dr. Maskur, M.Si, Kamis (20/10), melakukan aksi penebaran 200 ribu benih ikan nila dan karper di Danau Beratan, Desa Candikuning, Baturiti, Tabanan.
Dirjen Sugama dalam sambutannya mengatakan, tujuan dari CBF ini di antaranya adalah teridentifikasi dan terinventarisasinya potensi, tingkat pemanfaatan dan kondisi sumber daya dan lingkungan serta permasalahan yang ada di suatu perairan umum. Sedangkan sasarannya adalah tercapainya tingkat pemanfaatan sumber daya ikan secara optimal serta terjaminnya kelangsungan usaha pemanfaatan sumber daya perikanan dengan tetap mempertahankan kelsetarian sumber daya ikan di perairan umum. “Ikan yang ditebarkan sebagian besar dari jenis ikan nila karena ikan nila memang yang paling cocok di Danau Beratan ini,” katanya sambil menambahkan setelah penebaran ikan akan dilakukan pengamatan dan penelitian untuk mengetahui pertumbuhan ikan dan daya dukung Danau Beratan.
Dirjen
Perikanan Budidaya Ketut Sugama tebarkan ikan nila di tengah danau Beratan
Direktur
Kesehatan Ikan dan Lingkungnan, Dr. Maskur, M.Sc tebarkan ikan di tengah Danau
Beratan
Minapolitan
Terkait budidaya ikan dalam Kantong Jaring Apung (KJA) yang dilaksanakan di Danau Beratan, Ketut Sugama berharap tidak mengganggu kegiatan pariwisata, khususnya wisata air di Danau Beratan. “Kami berharap usaha budidaya di KJA ini justru akan menjadi daya tarik wisata. Tamu juga kita harapkan bisa melihat pembudidaya ikan yang sedang beraktifitas di KJA,” katanya sambil berharap pembudiaya ikan perlu melakukan inovasi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas usahanya.
Menurut
Sugama, budidaya ikan bisa dilakukan dalam berbagai wadah seperti di kolam
maupun sawah. Budidaya ikan di sawah dengan sistem mina padi bisa dilakukan
selama 1 – 2 bulan. “Hasilnya dijual untuk dibudidayakan di kolam atau KJA.
Bisa juga langsung dikonsumsi setelah sebelumnya diolah menjadi baby fish,”
terangnya.
Kepada
jajaran Perikanan dan kelautan di Provinsi Bali, Dirjen Sugama meminta agar
melakukan pendataan secara akurat terkait permintaan pasar atau kebutuhan ikan
konsumsi. Dari data tersebut, kemudian dibuat program produksi benih yang
diperlukan, kebutuhan pakan serta lahan. “Dengan adanya data yang akurat,
kebutuhan benih, pakan dan luas lahan budidaya bisa diprogramkan secara tepat,”
sarannya.
Menurut
Ketut Sugama, pendataan kebutuhan ikan konsumsi tersebut perlu dilakukan karena
pada tahun 2012 mendatang Kabupaten Tabanan mendapat alokasi program
Minapolitan. “Minapolitan merupakan konsep pembangunan ekonomi di pedesaan
berbasis perikanan yang dilakukan secara terintegrasi mulai dari hulu sampai
hilir,” jelasnya.
CBF
Kepala Dinas Perikanan dan kelautan Kabupaten Tabanan, Ir. I Nyoman Wirna
Ariwangsa, MM di sela-sela kegiatan mengungkapkan, aksi tebar ikan dalam rangka
CBF ini merupakan program dari pemerintah pusat dalam hal ini dari Direktorat
Kesling, Ditjen PB. “Benih ikan yang ditebarkan sejumlah 200 ribu ekor yang
terdiri dari benih ikan nila 140 ribu ekor dan benih karper 60 ribu ekor,”
katanya sambil menambahkan, benih karper 60 ribu dan nila 100 ribu ditebarkan
ke perairan danau, sedangkan sisanya berupa benih ikan nila sejumlah 40 ribu
ekor ditebarkan di KJA untuk dibudidayakan.
Kepala Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tabanan Ir. Nyoman Wirna Ariwangsa, MM
Menurut Ariwangsa, aksi tebar ikan dari Dirjen PB yang mengusung thema” Melalui CBF kita kelola dan lestarikan lingkungan budidaya untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudiaya ikan” ini merupakan kali pertama di Kabupaten Tabanan. “Mudah-mudahan, tahun depan kegiatan ini bisa berlanjut,” katanya berharap. (gus/20102011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar