Jumat, 31 Agustus 2012

Bupati Tabanan: Budidaya Lele Menguntungkan


Bupati Tabanan (tengah) didamping Kepala Diskanlaut Tabanan (kanan) dan Kabid Perikanan Budidaya Diskanlaut Tabanan (kiri) saat melakukan panen lele di halaman belakang rumah jabatan.

Budidaya lele di kolam terpal yang dilakukan di pekarangan rumah ternyata memberikan keuntungan yang lumayan. Cara budidayanya gampang sehingga bisa dilakukan oleh ibu-ibu sebagai sambilan untuk menambah penghasilan keluarga.

Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti mengungkapkan hal itu saat melakukan panen lele kolam terpal di halaman rumah jabatannya, Jum’at (4/11). Menurut Bupati Tabanan, dari hasil dua kali uji coba budidaya lele di kolam terpal yang telah dilakukannya, pihaknya selalu bisa memperoleh keuntungan yang lumayan. “Tingkat keuntungannya berkisar Rp 200 ribu – Rp 500 ribu,” katanya sambil menambahkan keuntungan tersebut diperoleh dari hasil panen lele yang dibesarkan di satu petak kolam terpal berukuran 3 x 4 meter. “Periode yang lalu bisa dipanen lele ukuran konsumsi sejumlah 110 Kg. Kali ini bisa dipanen ikan lele sejumlah 125 Kg,” paparnya.



Panen lele Sangkuriang di kolam terpal

Terkait keuntungan tersebut, Bupati Wiryastuti menghimbau masyarakat Tabanan untuk memanfaatkan lahan kebun atau pekarangan rumah yang kosong untuk budidaya lele. “Jangan biarkan lahan pekarangan kosong. Manfaatkan untuk budidaya lele. Selain bisa dikonsumsi sendiri untuk peningkatan gizi keluarga, kelebihan dari hasil budidaya bisa dijual untuk menambah penghasilan keluarga,” sarannya. Bupati Wiryastuti menambahkan, teknik budidaya lele di kolam terpal juga relatif mudah sehingga bisa dilakukan oleh ibu-ibu sebagai sambilan. “Air kolam tidak harus mengalir. Air untuk mengisi kolam bisa berasal dari air PAM, air sumur atau air irigasi, “ terangnya.

 
Ujicoba budidaya udang galah di bak fiberglass hasilnya kurang optimal

Selain melakukan uji coba budidaya lele, Bupati Wiryastuti juga melakukan uji coba budidaya udang galah di halaman belakang rumah jabatannya. Bila lele dibudidayakan dalam wadah berupa kolam terpal ukuran 3×4 m2, udang galah dibudidayakan dalam wadah berupa fiber glass berukuran 2 x 2 m2. Berbeda dengan lele, menurut bupati wanita pertama di Bali ini, budidaya udang galah di bak fiberglass ternyata tidak memberikan keuntungan secara finansial. “Waktu Bapak Dirjen Budidaya ke sini, beliau mengatakan berdasarkan tinjauan teknis udang galah tidak disarankan untuk dibudidayakan di wadah fiberglass,” katanya sambil menambahkan dari 200 ekor benih udang galah yang ditebarkan, hanya bisa dipanen udang galah ukuran konsumsi sejumlah 72 ekor seberat 2 Kg saja.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlaut) Kabupaten Tabanan Ir. I Nyoman Wirna Ariwangsa, MM yang mendampingi bupati i panen lele mengungkapkan, jenis lele yang dibudidayakan di kolam terpal ini adalah lele sangkuriang. “Jumlah benih yang ditebarkan 1000 ekor. Setelah dipelihara selama 93 hari, bisa dipanen ikan sejumlah 125 Kg dengan harga jual Rp 11 ribu per kilogram,” katanya sambil menambahkan benih lele yang ditebarkan berukuran sekitar 5-8 Cm. “Tingkat mortalitas/kematian selama pemeliharaan berkisar 30 persen,” tambahnya.


Lele hasil panen siap dipasarkan

Selama pemeliharaan, pakan berupa pelet yang dihabiskan sejumlah 117 Kg. Melihat jumlah pakan yang dihabiskan tersebut, konversi pakan ternyata di bawah satu. Secara Ariwangsa mengakui, jumlah keuntungan rata-rata sekit
ar Rp 300 ribu per petak kolam ukuran 3 x 4 M2 memang relatif kecil. Namun bila jumlah petakannya lebih banyak serta pakan yang diberikan tidak hanya berupa pelet buatan pabrik, tingkat keuntungan dari budidaya lele bisa lebih ditingkatkan. “Harga pelet buatan pabrik memang cenderung naik. Saat ini harganya berkisar Rp 6.000 – 7.500 per kilo. Untuk menekan biaya pembelian pelet, kita bisa membuat pelet sendiri atau memanfaatkan pakan alami yang ada seperti cacing, keong dan ikan rucah yang harganya lebih murah,” terangnya. (gus/04112011)

Tidak ada komentar: